KULIAH MURAH SE-BANDUNG RAYA

KULIAH MURAH SE-BANDUNG RAYA
BIAYA SPP 350.000 PER BULAN

Keywords / Kata Kunci:

Sabtu, 26 Juli 2008

Mengubah Hobi Menjadi Usaha

Banyak orang bingung untuk memulai usaha, padahal mungkin mereka telah mempunyai potensi baik secara finansial, hobi, maupun keahlian. Kebingungan mengenai usaha apa yang sebaiknya dijalankan, memang seringkali menjadi kendala utama dalam memulai usaha. Padahal salah satu sumber dari ide usaha adalah HOBI.

Setiap orang pasti mempunyai hobi dan kegemaran. Ada yang hobinya memasak, membaca, menulis, merawat tanaman dan lain-lain. Biasanya hobi memberikan manfaat yang menyenangkan bagi kita yaitu menghibur dan menghindari diri dari stress. Maka bila kita sudah menekuni hobi maka bisa lupa waktu bahkan ada pula yang rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar asalkan hobinya tersalurkan. Bukankah akan lebih enak kalau kita bisa ubah hobi ini dari menghabiskan uang menjadi mendatangkan uang. Hobi tersalurkan, uangpun didapat.
Lalu apakah memang mungkin hobi yang kita jalani bisa mendatangkan uang?
Faktor lain yang mendukung kenapa usaha dari hobi bisa berkembang dengan baik juga karena kita paham dan tahu seluk-beluknya. Keahlian tentunya tidak datang begitu saja tetapi karena kita rajin memupuk hobi dan akhirnya tahu selukbeluknya secara detail dan otomatis kita berpotensi menjadi yang terbaik di bidang itu. Hobi tidak sekedar kenangan semata tetapi bisa dikembangkan menjadi bisnis.
Jadi peluang dan ide usaha itu bisa muncul dimana-mana dan tidak hanya menjadi monopoli warga perkotaan saja, tetapi bisa saja muncul di daerah terpencil sekalipun. Tinggal kita mengamati, apa saja kebutuhan warga setempat yang bisa dipenuhi oleh kita. Atau potensi apa yang bisa digali dari alam setempat untuk dijadikan ide usaha.
Kendala yang paling banyak dihadapi untuk berwirausaha adalah bagaimana menemukan ide usaha yang cocok bagi dirinya. Padahal tidak usah jauh-jauh mencari ide usaha, karena kita bisa mengembangkan hobi yang kita minati menjadi ide usaha.
Lalu bagaimana caranya?
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu :
Pertama, tekun hobi sehingga kita bisa menjadi ahli yang terbaik di bidang itu. Misalnya, bila mempunyai hobi memasak maka bercita-citalah menjadi juru masak yang handal.
Kedua, carilah peluang dari hobi yang kita tekuni apakah bisa berpotensi bisnis atau tidak. Ketiga, belajar dari mentor-mentor yang sudah sukses di bidangnya.
Keempat, bergabunglah dalam komunitas atau asosiasi bisnis yang mewadahi hobi yang ditekuni.
Kelima, rajinlah melakukan promosi dan penawaran produk atau jasa yang kita miliki.
Bila kita memulai usaha dari hobi dengan didasari kecintaan kita, serta motivasi yang tinggi untuk memberi manfaat sebesar-besarnya, maka Insya Allah bisa berhasil...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak Abin ijinkeun saya memberi pendapat, sebetulnya ada masalah krusial sehingga profesi wirausaha kurang begitu mendapat tempat di masyarakat.salah satunya budaya ato cara pemikiran masyarakat yang salah.bahwa lebih terhormat menjadi karyawan atau abdi dalem di banding bersusah payah untuk mendirikan usaha sendiri.kita dijajah oleh Belanda 3,5 abad dan mereka meletakkan paradigma yang salah. sehingga bagi mereka mempunyai mental-mental priyayi. sebetulnya tidak salah, sah2 saja hanya bisa kita lihat bahwa pengangguran lebih besar dibanding perusahaan2 yang siap menampung jumlah tenaga kerja kita.
Negara Taiwan dengan SDA terbatas mempunyai 2% dari penduduknya yang berprofesi wirausaha sudah menjadikan negara tersebut makmur dalam perekonomian. Beda dengan indonesia dengan kaya SDA-nya.

Harus ada pembenahan mental sejak dini terutama di kalangan para akademisi seperti mahasiswa bahwa banyak yang bisa kita berdayakan terutama pola pikir kita sekali lagi pola pikir. Bolehlah kita kuliah dengan IPK bagus ato cum laude dan bekerja di perusahaan yang kita inginkan tetapi jangan kita bekerja seumur hidup.
Tidak bisa disalahkan karena merubah mental itu tidaklah mudah perlu ada daya dorong ato daya pendobrak yang besar dalam diri.
Kadang masyarakat melihat efek daripada sebab akibat. maksudnya masyarakat lebih banyak melihat hasil dari pada proses seperti contoh; Wong Solo sebelum seperti sekarang dulunya pendirinya (waduh qoe lpa namanya ya)hanya pedagang kaki lima biasa, seorang guru yang bergaji kecil. tetapi sekarang masyarakat mengenal Wong Solo dengan banyak gerai di Indonesia.(aq bru inget yang punya wong solo pak Puspo Wardoyo satu keturunan dengan Dian Sastro Wardiman)--tiada gading yang tak retak kecuali gading martin)one for trilogi-- to be continued

adei mengatakan...

Assalamualaikum,
betul sekali sebuah pernyataan optimis "kenapa tidak" . sementara semua orang berkutat dengan bagaimana caranya mendapatkan pekerjaan, bekerja pada orang lain namun tidak terpikir bahwa banyak peluang yangbisa dikembangkan dalam wirausaha.

kuncinya hanya satu kita punya mimpi, lalu fokus mewujdukan mimpi itu menjadi kenyataan sehingga wirausaha kita memiliki visi. karena kalau sekedar jualan, sekedar menggulirkan modla itu mudah saja namun visi disini meliputi bagaimana kita mengelola usaha kita secara mandiri, menerapkan manajemen yang baik, dan tentu saja pengembangannya.

kesulitan saya dalam menularkan virus wirausaha adalah adanya mental bahwa wirausaha kurang keren dibanding menjadi karyawan sebuah perusahaan dengan kompensasi yang menjanjikan tentunya. faktor modal selalu menjadi momok setiap orang yang mau mulai berwirausaha.

padahal ketika saya memulai usaha kuliner itu bermodalkan obrolan ketika nonkrong di sebuah temp[at parkir, lalu membuat konsep, dan barulah mencari teman yang mau ikut berusaha dan disitulah modal baru dibicarakan.

komentarnya segini dulu aja pak

adi firmansyah
b4 manajemen STIE Muhammadiyah Bandung